Topeng Ireng warisan asli Boyolali
Mendengar kata Topeng Ireng tentu tak lupa dengan kota kecil Boyolali, tarian ini sempat dibawa para siswa siswi sebagai Duta Seni dan Misi Budaya ke Eropa untuk diperkenalkan kepada masyarakat sana. antusias warga Eropa dengan tarian ini membuat penari merasa bangga dengan tarian ini dan melestarikannya.
Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zamanpenjajahan Belanda dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an Pada saat jaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat. Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.
Setelah itu perkembangan Seni Pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti seluruh masyarakat disekitar masjid dengan tarian yang diiringirebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng. Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna-warni serupa mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap penari. Senada dengan mahkota bulunya, riasan wajah para penari dan pakaian para penari juga seperti suku Indian. Berumbai-rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Sedangkan kostum bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai. Untuk alas kaki biasanya mengenakan sepatu gladiator atau sepatu boot dengangelang kelintingan yang hampir 200 buah setiap pemainnya dan menimbulkan suara riuh gemerincing di tiap gerakannya.
Setiap
pertunjukan Topeng Ireng akan riuh rendah diiringi berbagai
bunyi-bunyian dan suara. Mulai dari suara hentakan kaki yang menimbulkan
bunyi gemerincing berkepanjangan, suara teriakan para penari, suara
musik yang mengiringi, hingga suara penyanyi dan para penonton. Musik
yang biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan Topeng Ireng adalah
alat musik sederhana seperti gamelan, kendang, terbang, bende, seruling,
dan rebana. Alunan musik ritmis yang tercipta akan menyatu dengan gerak
dan teriakan para penari sehingga pertunjukan Topeng Ireng terlihat
atraktif, penuh dengan kedinamisan dan religiusitas. Biasanya penarinya
terdiri dari 10 orang atau lebih[1] dan
membentuk formasi persegi atau melingkar dengan gerak tari tubuh yang
tidak terlalu kompleks. Para penari juga terlihat sangat ekspresif dalam
membawakan tariannya[5].
Tarian
Topeng Ireng sebenarnya mudah untuk dipelajari karena gerakannya yang
sederhana. Tidak ada gerak tubuh yang rumit, karena yang menjadi poin
utama dari tarian ini adalah kekompakan. Semakin banyak penari yang
turut serta, maka semakin indah kolaborasi yang tercipta. Berhubung
Topeng Ireng diciptakan sebagai kolaborasi antara syiar agama Islam dan ilmu pencak silat, tarian para penarinya juga berasal dari gerakan-gerakan pencak silat yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.
Satu
lagi yang menjadi keistimewaan tarian Topeng Ireng dibandingkan
kesenian rakyat lainnya adalah gerakannya yang tidak monoton. Dari waktu
ke waktu inovasi baru selalu dilakukan dalam tiap pertunjukan Topeng
Ireng. Pengembangan unsur-unsur artistikdan koreografi dilakukan
supaya penontonnya tidak mengalami kebosanan sekaligus untuk menarik
minat kaum muda agar mau bergabung menjadi anggota kelompok Topeng
Ireng.
Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat syahadat. Tarian ini ditampilan dengan gerakan pencak silat sederhana serta diiringi lagu-lagu syiar Islami. Jenis tarian lainnya adalah Monolanyang melibatkan penari dengan kostum hewan. Tarian ini melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat tingkat tinggi. Durasipertunjukan Topeng
Ireng sangat fleksibel, tidak ada peraturan khusus mengenai lamanya
tarian. Penampilan para penari bisa dibuat 15 menit, 10 menit, bahkan 5
menit saja.
Sebagai seni pertunjukan rakyat, pertunjukan Topeng Ireng biasanya dilaksanakan ketika sedang ada acara tertentu semisal upacara bersih desa, kirab budaya, festival rakyat, maupun acara-acara seni tradisi dan
budaya lainnya. Tempat dilangsungkannya pertunjukan ini tidak menentu.
Namun, daerah yang paling banyak menampilkan pertunjukan Topeng Ireng
adalah desa-desa yang terletak di lereng Merapi Merbabu, Jawa Tengah dan hingga saat ini kesenian Dayakan ini telah berkembang di Kebumen, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar