· Sedekah Gunung
Upacara ini diselenggarakan di
Desa Lencoh, Kecamatan Selo setiap malam 1 Suro. Acara ini merupakan
prosesi persembahan kepala kerbau dan sesaji ke kawah gunungMerapi sebagai tAnda syukur masyarakat Selo dan sekitarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara ini dimeriahkan dengan
tarian dan atraksi oleh masyarakat setempat. Waktu pelaksanaan mulai jam
22:00 sampai 24:00 dan diakhiri dengan kirab potongan kepala kerbau
serta gunungan nasi jagung sebagai sesaji yang diletakkan di Pasar
Bubrah.Terdapat tiga acara utama selama prosesi upacara berlangsung,
yaitu kirab sirah maeso atau kepala kerbau, kirab saji Gunung Merapi serta kirab ratusan obor. Kirab ratusan obor menjadi daya tarik lebih karena baru diadakan pada tahun 2010.
Tradisi ini bermula dari ritual
tolak bala yang dilakukan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta dengan
menumbalkan seekor kerbau ke Gunung Merapi. Seiring waktu, kini warga hanya menumbalkan bagian kepalanya saja.
· Kirab Budaya
Tradisi ini berada di desa Samiran kecamatan Selo kabupaten Boyolali. dilaksanakan setiap tanggal 2 sura. dimulai dari pelataran gua raja, yang menurut legenda dahulu kala gua itu dijadikan tempat peristirahatan pangeran Diponegoro. Kirab dimulai dengan pengambilan air suci barokah yang berada di kawasan gua raja dan diarak beserta iring-iringan tumpeng-tumpeng hasil bumi dari kawasan sekitar Selo. Ribuan warga desa Samiran ikut serta mengiring arak-arakan tumpen beserta air tersebut, dengan mengenakan pakaian adat, untuk menuju ke pesanggrahan Kebo Kanigoro.sesampainya di Kebokanigoro, air suci barokah dari Guaraja di satukan dengan air perwita sari air yang diambil dari kawasan pesangrahan Kebo Kanigoro.
· Sadranan
Sadranan yaitu suatu tradisi
masyarakat untuk membersihkan makam leluhur dan ziarah kubur dengan
prosesi penyampaian doa dan kenduri yang dilaksanakan oleh warga
setempat berujud aneka makanan dan nasi tumpeng.Tradisi ini dilaksanakan
setiap tahun pada pertengahan bulan Ruwah (penanggalan jawa) menjelang
datangnya bulan Ramadhan.Selain mengirim doa kepada para leluhur dan
sanak keluarga yang telah meninggal, Sadranan bertujuan juga untuk
melestarikan budaya peninggalan nenek moyang yang sudah berlangsung
turun-temurun.
Acara diawali dengan
bersih-bersih makam pada pagi hari. Dengan bermodalkan cangkul dan
sabit, masyarakat membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar
makam. Setelah selesai mereka pulang dan kembali ke pemakaman sambil
membawa tenong yang berisi makanan dan buah-buahan.Sebelum kendurenan
sadranan dimulai, warga membaca tahlil dan dzikir, berdoa bersama kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Setelah selesai berdoa dilanjutkan dengan makan
bersama. Sadranan tidak hanya diikuti oleh orang dewasa, anak-anak pun
ikut berpartisipasi sehingga suasana menjadi meriah.
· Ngalap Berkah Paringan Apem Kukus Keong Mas
Dilaksanakan di kawasan wisata Pengging di
lingkungan Makam Astana luhur R. Ng. Yosodipuro pada hari Jum'at
pertengahan bulan Sapar. R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga
Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Karena kearifannya seringkali rakyat Pengging memohon petunjuk termasuk pada saat petani meminta bantuannya untuk mengatasi serangan hama keong mas.
Atas petunjuk R. Ng Yosodipuro
para petani mengambil keong mas tersebut kemudian dimasak dengan cara
dikukus. Sebelumnya keong tersebut dibalut dengan janus yang dibentuk
seperti keong mas. Setiap kali panen padi janur bekas balutan keong mas
tersbut digunakan untuk membuat apem kukus. Apem kukus itu kemudian
dibagi-bagikan pada petani sebagi wujud syukur kepada Tuhan atas hasil
panen yang diberikan dan juga berkurangnya hama keong. Tradisi bagi-bagi
apem akhirnya terus berkembang hingga berjalan sampai sekarang.
Upacara ini merupakan tradisi
berebut makanan dengan perwujudan menerima pembagian kue terbungkus
janur yang telah didukung dengan mantera dan do'a oleh Kyai ulama yang
berlokasi di makam Astono luhur R. Ng. Yosodipuro pada malam Jum'at
pertengahan bulan Sapar dan dibagikan pada Jum'at siang setelah salat
jum'at. Bagi masyarakat yang percaya jika berhasil mendapatkan apem maka
diyakini akan mendatangkan berkat.
· Kawasan pengging
a. Pemandian Tirto Marto
Pemandian ini terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono dengan jarak tempuh dari kota Boyolali adalah
12 km. Pemandian ini dahulu digunakan oleh Raja Kasunanan Surakarta
Hadiningrat Sri Paduka Susuhunan Paku Buwono X beserta kerabatnya. Di
dalam pemandian ini terdapat tiga buah umbul, yaitu Umbul Penganten,
Umbul Ngabean, dan Umbul Duda.
Sekarang, di pemandian ini sering
digunakan oleh peziarah untuk mengadakan ritual yang disebut Ritual
Kungkum. Ritual Kungkum adalah ritual merendam diri peziarah di dalam
air sebatas leher yang dimulai mulai pukul 24.00 - 03.00 wib pada malam
Jum'at. Selain ritual tersebut ada juga Even Padusan yang dilaksanakan 2
(dua) hari menjelang bulan puasa.
b. Masjid Cipto Mulyo
Masjid Cipto Mulyo adalah Masjid Peninggalan Sunan Pakubuwono X. Terletak di Kawasan Wisata Pengging Kecamatan Banyudono. Lokasi wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum dengan jarak kurang lebih 1,5KM dari Jalan Raya Solo-Semarang. Dari pusat kota Boyolali, lokasi wisata ini berjarak kurang lebih 15KM.
c. Umbul Sungsang
Umbul Sungsang adalah tempat untuk ritual Kungkum (berendam dalam air sambil menunggu hasil Sanggaran di makam R. Ng. Yosodipuro)
d. Pengging Fair
Pengging fair adalah salah satu acara dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang diselenggarakan di Desa Pengging, Kec. Banyudono dengan
menampilkan pasar malam dan festival seni budaya. Acara ini
dilaksanakan selama seminggu dan diadakan sekali dalam satu tahun.
Pasar Malam dimeriahkan oleh
pedagang baik lokal maupun luar daerah yang menjajakan dagangannya
selama Festival berlangsung. Festival budaya diadakan oleh masyarakat
setempat seperti karnaval dan hiburan seni. Karnaval dilaksanakan
disepanjang jalan Pasar Pengging diteruskan
oleh drum band, reog, dan barongsai. Hiburan seni menampilkan
campursari, band remaja, dan wayang kulit semalam suntuk.
e. Makam R. Ng. Yosodipuro
R. Ng. Yosodipuro adalah seorang
Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dengan jarak tempuh dari kota
12 km, makam ini setiap malam Jumat Pahing diadakan Upacara Sanggaran.
Masih disekitar Makam R. Ng. Yosodipuro,Upacara Ngalap Berkah Paringan
Apem Keong Emas ini dilaksanakan, pada pertengahan Bulan Sapar.
Upacara ini merupakan tradisi
berebut apem (makanan khas yang terbuat dari tepung beras) yang
terbungkus janur (daun kelapa yang masih muda) dan telah didoakan oleh
Kyai/ Ulama dan dibagikan pada Jumat siang setelah Sholat Jumat. Ada
Masjid peninggalan Sunan Paku Buwana X.
f. Legenda Bandung Bondowoso
Di jaman dahulu, terdapat Kerajaan Pengging yang bersamaan dengan Kerajaan Boko di Prambanan. Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Moyo yang arif bijaksana, yang mempunyai putra bernama Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso ini yang terkait dalam Legenda Roro Jonggrang dan Candi Prambanan.
· Pesanggrahan Pracimoharjo
Merupakan petilasan Sri Susuhunan Paku Buwono X sebagai obyek wisata minat khusus/ ziarah, Terletak di Desa Paras, Kecamatan Cepogo.
· Makam Ki Ageng Pantaran
Di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel. Jarak tempuh dari kota 17 km. Makam ini cukup potensial sebagai tempat ziarah, karena terdapat Petilasan Ki Kebo Kanigoro, petilasan Syeh Maulana Malik Ibrahim Maghribi, Petilasan Ki Ageng Pantaran. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di kaki gunung Merbabudan air terjun Si Pendok. Setiap tanggal 20 suro diadakan event upacara tradisional Buka Luwur. Fasilitas: Bangsal tempat tirakat, Bukit Perkemahan Indraprasta.
· Makam Prabu Handayaningrat
Obyek wisata ini terletak di dukuh Malang, desa Dukuh, kecamatan Banyudono. Makam ini merupakan trah dari majapahit.
· Makam Ki Ageng Kebo Kenanga
Obyek wisata ini terletak di dukuh Pengging, desa Jembungan, kecamatanBanyudono. Banyak oranga yang berkunjung dengan berbagai tujuan.
· Gunung Tugel dan Makam Ki Ageng Singoprono
Obyek wisata ini terletak di Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, sekitar ± 15 km ke arah timur laut Kota Boyolali. Lokasi ini lebih dekat ditempuh dari kota kecamatan Simo yang berjarak hanya sekitar 3 km dari pusat kota. Tempat ini menjanjikan rekreasi perbukitan dan ratusan tangga menuju makam Ki Singoprono di puncak gunung tugel. Obyek Wisata Khasanah yang di kunjungi setiap malam Jumat dan malam Selasa Kliwon, Lokasi Makam Ki Ageng Singoprono yang menarik dengan letaknya yang sangat indah. Fasilitas: Bumi Perkemahan, Hutan Wisata, Tempat Menyepi dan Tempat Berdoa di puncak gunung tugel.
· Candi Lawang
Namanya adalah Candi Lawang.
Lawang itu bahasa Jawa yang artinya pintu. Lha kenapa disebut seperti
itu? Karena candi ini sangat mencolok bentuk pintunya. candi ini adalah
susunan batu candi,ada diantaranya yg masih di renovasi. Candi Lawang
ini tidak berpenjaga.
Ini adalah candi Hindu abad ke-9
yang menghadap ke arah Barat. Ya bisa karena di bilik utama ada yoni
tanpa lingga. Yoninya juga unik karena memiliki saluran berlubang
sebagai tempat keluarnya air. Mirip dengan yang di Candi Merak. Di
sekeliling candi tidak ditemukan arca maupun relief. Yang ada hanya batu
berornamen. Sekitar candi tersebar bebatuan yang belum disusun. Candi
ini tepat berada di belakang rumah. Sepertinya keberadaan candi ini
sudah diketahui sejak dulu. Satu lagi, candi ini cukup fotogenik.
Butuh perjuangan untuk bisa mencapai candi ini. Letak administratif candi ini ada di Dusun Gedangan, Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jogja menuju kotaBoyolali bisa ditempuh selama 1,5 jam menggunakan sepeda motor. Rute yang paling singkat adalah Jogja-Klaten-Boyolali tanpa perlu melewati Kartasura. Untuk menuju Kec. Cepogo,
arahkan kendaraan ke jalur menuju Ketep Pass. Sedangkan untuk menuju
Candi Lawang, alangkah baiknya kalau bertanya kepada warga. Walau ada
beberapa papan petunjuk arah ke candi, tetap saja kami menghabiskan
waktu 30 menit untuk tersasar di Dusun Gedangan. Sekali lagi, tanyalah
warga! Jangan segan karena warga disini ramah kepada pendatang.
mari kita bersama sama membangun BOYOLALI TERSENYUM dengan keindahannya. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar