Minggu, 06 Oktober 2013

Simo Boyolali

ASAL MULA NAMA SIMO

Sawah dan ladang milik Kyai Singoprono subur dengan hasil
melimpah ruah, namun kesemuanya itu merupakan hasil
kerja keras dan doa yang senantiasa menghiasinya.
Suatu malam yang cerah, bulan dan bintang bersinar terang,
dengan membawa tombak saktinya, Kyai Singoprono pergi
ke sawah untuk melihat-lihat apakah tanamannya aman dari
gangguan hama dan binatang.
Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono
mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa
tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.
Namun hatinya gundah tak menentu tapi tidak mengetahui
sebabnya, sebentar-sebentar dilihatnya sawah didepannya
walaupun tidak terlihat sesuatu apapun kemudian duduk
kembali untuk waspada terhadap suara-suara yang
mencurigakan tetapi tak ada sesuatu peristiwa yang
menjawab kegundahan itu.
Setelah sementara waktu dari kejauhan sayup terdengar
suara gemuruh datang mendekat dan terus mendekat ke
arah Kyai Singoprono duduk, dan semakin lama terdengar
jelas banyak kaki-kaki binatang besar berlari mendekat.
Berdegup kencang jantung Kyai Singoprono mendengarnya.
Waspada dengan tombak sakti ditangan dan terjawab
kegundahan hatinya, dari arah depan datang segerombolan
babi rusa menghampiri sawahnya dan mereka berpesta
pora, makan dan merusak tanamannya. Kyai Singoprono
berfikir sejenak akan ditangkapnya babi rusa itu namun
karena banyak akhirnya diurungkan niat dan diteguhkan
hatinya untuk menyerang kawanan itu..
Kyai Singoprono mengendap-endap mendekati kawanan
babi rusa itu dan setelah mantap hatinya maka dibidikkanlah
tombak pusaka ditangan dan dilempar dan mengenai salah
satu babi rusa itu namun aneh bukannya roboh dan mati
tetapi terus berlari seperti tak terkena senjata tombak itu.
Oleh karena serangan yang tiba-tiba, kawanan babi rusa itu
terkejut dan tunggang langgang lari masuk kembali menuju
hutan.
Oleh karena tombak saktinya tertancap pada salah satu babi
rusa tersebut Kyai Singoprono terus mengejar berharap babi
rusa yang terkena tombaknya akan mati kehabisan tenaga.
Terus mengejar seakan ada kekuatan gaib merasuki diri
Kyai Singoprono sehingga mendapat kekuatan untuk berlari.
Setelah lama dikejar sampailah Kyai Singoprono ditengah
hutan dan sekoyong-koyong keadaan sekitar Kyai
Singoprono berubah menjadi alun-alun keraton dan
didepannya tampaklah istana keraton nan megah. Kyai
Singoprono merasa bahwa dirinya bermimpi dan dicubitnya
lengannya namun masih merasa sakit, Kyai Singoprono
berjalan mendekati istana tersebut lalu tampaklah prajurit
yang menjaga istana datang menghampirinya dengan
tergesa-gesa dan kemudian bertanya kepada prajurit
penjaga.
Penjaga tersebut bercerita bahwa puteri raja sedang sakit
keras dan telah diupayakan melalui berbagai cara dan
berbagai pengobatan namun tak kunjung sembuh dan Raja
telah membuat sayembara yang bunyinya barang siapa
yang bisa mengobati sakit sang puteri, bila laki-laki akan
dijadikan menantu dan apabila wanita akan dijadikan
saudara bagi puterinya. Mendengar cerita itu Kyai
Singoprono ingin mencoba mengobati penyakit sang puteri
raja. Setelah mendapatkan ijin Kyai Singoprono diantar
berjalan menuju ruang peristirahatan sang puteri, dan
setibanya disana terlihat keluarga raja sedang berduka dan
tak kuasa menahan tangis.
Dipersilahkan Kyai Singoprono mengobati sang puteri.
Setelah diraba dengan dibubuhi mantra Kyai Singoprono
menemukan pada pangkal paha sang puteri tertancap
tombak saktinya. Betapa terkejutnya Kyai Singoprono akan
hal itu namun disembunyikan perasaannya dan ia yakin
bahwa tombak saktinyalah yang menyebabkan sang puteri
sakit.
Benar adanya setelah tombak sakti tersebut dicabut dan
dimasukkan ke dalam kantong baju Kyai Singoprono secara
ajaib sebuhlah sang puteri dari sakitnya.
Sesuai dengan janji sang raja maka Kyai Singoprono
dijadikan menantu sang raja dan diadakan pesta yang
meriah dan entah kekuatan apa yang merasuki Kyai
Singoprono sehingga tidak ingat akan dirinya yang telah
memiliki isteri.
Hari demi hari berlalu dan mereka hidup rukun saling
mencintai dan tiba-tiba teringatlah Kyai Singoprono kepada
isterinya dan ingin pulang untuk menemui isteri yang telah
lama ia tinggalkan.
Maka Kyai Singoprono pamit untuk pergi mengembara untuk
waktu yang agak lama.
Setelah diijinkan berangkatlah Kyai Singoprono menuju ke
kampung halamannya, namun betapa terkejutnya setelah ia
bertemu orang-orang yang berteriak babi rusa dan
mengejarnya, begitulah seterusnya berulang kali sampai
suatu saat merasa lelah dan pulang kembali menuju
kerajaan sang puteri.
Kyai Singoprono berfikir sejenak dan memohon kepada
Tuhan agar diberikan petunjuk mengenai apa yang terjadi
pada dirinya.
Dan teringat pulalah pada pakaian yang ia kenakan pada
waktu mengejar babi rusa dan segera seperti mendapatkan
petunjuk saat itu juga dilepaskan pakaian barunya dan
dikenakannya kembali pakaian usangnya dan setelah itu ia
minta ijin lagi kepada isteri barunya untuk kembali pergi
meneruskan perjalanan, anehnya dalam perjalanannya Kyai
Singoprono tidak dikejar-kejar orang lagi dan tidak ada yang
meneraki babi rusa lagi.
Setelah berjalan seharian menjelang maghrib sampailah
Kyai Singoprono di tepi kampung halamannya dan beberapa
saat kemudian sampai di depan rumahnya namun terkejut
bukan kepalang karena sayup-sayup terdengar suara doa
yang dipanjatkan seperti bila ada orang yang mempunyai
hajat kenduri. Dengan perasaan yang kurang enak Kyai
Singoprono terus berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Begitu melihat Kyai Singoprono orang-orang yang tadinya
berdoa di dalam rumahnya berhamburan keluar dengan
wajah pucat pasi tak ada yang berani menatap Kyai
Singoprono dan perempuan-perempuan yang ada di dapur
tak ada yang bisa berlari karena kaki mereka seperti dipaku
ke tanah akibat melihat Kyai Singoprono. Segera Kyai
Singoprono menghampiri isterinya dan lama sekali mereka
berpandangan melepas rindu dan tanda tanya yang selama
ini menyelimuti kepergian Kyai Singoprono. Orang-orang
yang tadinya lari tunggang langgang pun memberanikan diri
kembali masuk ke dalam rumah dan ingin tahu kejadian apa
sebenarnya yang telah dialami oleh Kyai Singoprono. Ya,
kepergian Kyai Singoprono telah 3 tahun (1000 hari)
lamanya meninggalkan isterinya.
Semenjak saat itu menjadi tradisi bagi masyarakat sekitar
Simo dan Walen bahwa bila ada sanak keluarga yang hilang
setelah 3 tahun tidak pulang maka keluarga itu tidak
mengharapkan kembali atau dengan anggapan bahwa telah
meninggal dunia tetapi apabila kurang dari 3 tahun maka
keluarganya masih tetap mencari dan mengharapkan
kedatangan sanak keluarga yang hilang tersebut.
Kembali kepada Kyai Singoprono yang telah kembali kepada
kehidupan kesehariannya yang setelah mengalami kejadian
tersebut menjadi lebih tekun beribadah dan bertambah
taqwa kepada Yang Maha Kuasa. Cerita tentang Kyai
Singoprono yang telah menghilang selama 3 tahun tersebut
menjadi buah bibir tersebar sampai ke seluruh pelosok
negeri sampai ke Kerajaan Demak dan sang Sultan Demak
ingin bertemu dengan Kyai Singoprono dan ingin
mengetahui kesaktiannya apalagi saat itu Sultan memiliki
rencana untuk menaklukkan Raja Pengging. Akhirnya Sultan
Demak berangkat sendiri menyamar menjadi rakyat jelata
yang miskin dan dikawal pasukannya menuju kediaman Kyai
Singoprono di Desa Walen hal tersebut dilakukan agar Kyai
Singoprono tidak mengenal sang Sultan dengan pakaian
kebesarannya sebagai seorang raja. Setelah berjalan
berhari-hari sampailah Sultan Demak di sebuah desa yang
disitu tumbuh sebatang pohon duwet putih yang rindang dan
Sultan Demak ingin beristirahat barang sejenak dan
diperintahkannya beberapa prajuritnya untuk mencari
keterangan dimanakah rumah Kyai Singoprono, setelah
mendapatkan keterangan dari penduduk desa kembalilah
prajurit menemui sang Sultan dan meneruskan perjalanan
kembali menuju kediaman Kyai Singoprono. Sesampainya di
rumah Kyai Singoprono sang Sultan duduk di depan pintu
rumah sambil meminta sedekah. Saat itu Kyai Singoprono
sedang makan siang dan segera ditinggalkannya makanan
yang sedang disantapnya kemudian datang menghampiri
pengemis itu dan dipersilakan untuk masuk dan makan
bersamanya. Namun pengemis itu bertanya kepada Kyai
Singoprono mengapa seorang pengemis yang hina papa di
persilakan dan diperlakukan demikian? Jawab Kyai
Singoprono bahwa hal tersebut adalah tindakan yang biasa
dan harus dilakukan kepada siapapun juga tidak boleh
pandang bulu apalagi saya tahu bahwa anda bukan
pengemis dan anda adalah Sultan Demak yang sedang
menyamar menjadi seorang pengemis dan perlu
diperlakukan dengan hormat. Takjublah sang Sultan
mendengar hal tersebut dan mengambil kesimpulan bahwa
memang berita yang sang Sultan dengar selama ini
bukanlah isapan jempol semata, melainkan sebuah
kenyataan bahwa Kyai Singoprono adalah seorang yang arif
bijaksana baik dalam perkataan dan perbuatannya juga sakti
mandraguna, sampai-sampai sang Sultan terduduk di depan
Kyai Singoprono namun Kyai Singoprono menempatkan diri
sebagai rakyat biasa yang menghadap rajanya.
Kyai Singoprono dan sang Sultan terlibat dalam
pembicaraan yang panjang lebar dan disampaikan pula oleh
sang Sultan keinginannya untuk menaklukkan Kerajaan
Pengging dan telah disiapkan pasukan menuju ke Kerajaan
Pengging dan sekarang tengah beristirahat di sekitar pohon
duwet putih menunggu perintah sang Sultan, namun apa
yang menjadi keinginan sang Sultan tidak dikabulkan oleh
Kyai Singoprono dan apabila sang Sultan berperang akan
menemui kegagalan namun sang Sultan tetap pada
pendiriannya sehingga terus terjadi perdebatan diantara
mereka berdua. Setelah lama berdebat sang Sultan tetap
pada pendiriannya mengajukan syarat apabila Bende
pusaka Kyai Bercak yang tergantung dipohon duwet putih
tempat pasukan Kerajaan Demak dipukul dan mengeluarkan
bunyi keras maka Kyai Singoprono akan setuju tetapi
kebalikannya apabila bende pusaka yang tergantung
dipohon duwet putih tempat pasukan Kerajaan Demak
dipukul dan mengeluarkan bunyi tidak keras maka dia tidak
setuju dengan apa kehendak sang Sultan dan memohon
sang Sultan untuk kembali ke Kerajaan Demak beserta
pasukannya. Menanggapi perkataan Kyai Singoprono sang
Sultan pergi meninggalkan Kyai Singoprono menuju pohon
duwet putih (sekarang masih hidup dan terletak di sebelah
barat Kantor Kecamatan Simo, Boyolali) kemudian
memerintahkan kepada salah seorang prajuritnya untuk
memukul Bende Pusaka Kyai Bercak dan ternyata setelah
dipukul mengeluarkan bunyi hanya seperti harimau yang
mengaum. Suara itu terdengar sampai jauh dan
mengundang perhatian banyak orang karena memang di
daerah tersebut sering terdapat gangguan harimau.
Orang-orang di daerah itu lalu menuju arah dimana
datangnya suara tadi untuk mengejar harimau tersebut dan
sampailah orang banyak tersebut di tempat dimana pasukan
sang Sultan berhenti tepatnya dipohon duwet putih tempat
Bende pusaka Kyai Bercak dikaitkan diatasnya.
Berkatalah orang banyak tersebut tentang suara yang
mereka dengar datang dari arah tersebut lalu sang Sultan
sendiri datang menghampiri mereka dan berkata bahwa
suara tersebut bukan berasal dari harimau sesungguhnya
melainkan dari Bende Pusaka Kyai Bercak yang dipukul dan
mengeluarkan bunyi seperti auman seekor harimau dan
menyatakan kepada orang banyak tersebut bahwa besok
jika tempat menjadi sebuah desa maka dinamakan Desa
Simo, dan setelah berkata demikian orang banyak itu lalu
pulang ke rumah masing-masing dan setelah peristiwa itu
masyarakat menamakan daerah itu Desa Simo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar